Ngobrolin Metode Pendidikan Anak Usia Dini, Yuk!

Anika Fatima
6 min readOct 14, 2021
Photo by Tanaphong Toochinda on Unsplash

Usia dini adalah masa keemasan anak belajar. Berbagai metode pendidikan anak usia dini kini hadir untuk memudahkan orang tua menemukan alat yang paling sesuai untuk mendukung perkembangan seluruh aspek dan potensi anak hingga optimal.

Bayangkan jika orang tua perlu merenungkan filosofi pendidikan sendiri hingga diturunkan menjadi metode, hal itu tentu menyulitkan. Berbagai metode ini diharapkan akan memudahkan orang tua dalam menghadirkan pendidikan terbaik.

Jika kita renungkan alasan pendidikan perlu jadi perhatian kita, salah satunya hadirnya banyaknya krisis akibat pendidikan. Misalnya orang yang cerdas tapi justru memanfaatkan kecerdasannya untuk menipu orang lain. Kalau bahasa lokalnya pinter tapi keblinger, sering dengar ya?

Padahal ini semua hadir karena keterpisahan antara aspek-aspek yang dikembangkan saat belajar formal dengan aspek yang terabaikan seperti aspek emosional atau bahkan ruhiyah/spiritual seorang anak.

Beberapa contoh lainnya digambarkan lewat fenomena ‘broken paradoxes’ di dunia pendidikan (Palmer), contohnya:
- Memisahkan hati dan pikiran
- Memisahkan teori dan praktek
- Memisahkan mengajar dan belajar, alhasil guru mengajar tanpa mendengarkan murid dan murid mendengar tanpa berbicara

Inilah yang menyebabkan hadirnya fragmented individuals, manusia yang kehilangan rasa kesatuan dengan lingkungan, alam semesta, dan perspektif holistik (utuh) menjalani kehidupan. Seolah-olah ilmu pengetahuan itu terpisah-pisah antara ilmu dengan kehidupan sehari-hari. Hasilnya ada anak yang cerdas tapi kurang bisa berempati. Ada yang hafalan Al-Qur’an banyak tapi bermalas-malasan saat beribadah. Ada juga yang hafal secara teori, tapi tak paham aplikasi teori dan keterkaitan antara hal yang ia pelajari di sekolah dengan dunianya.

Untuk itu kehadiran pendidikan holistik yaitu pendidikan yang bertujuan membangun individu yang utuh dalam seluruh aspek perkembangannya. Harapannya manusia yang tumbuh dan berkembang seluruh potensi dirinya dapat mencapai kesadaran akan hubungannya dengan sistem kehidupan yang luas serta kepada Tuhannya. Hingga hadir dorongan untuk terus belajar dan memberikan kontribusi positif pada lingkungannya baik secara fisik maupun sosial.

Selain itu, kualitas pengujian dan evaluasi pendidikan juga semakin menurun dan hanya di tingkat mengingat dan menghafal saja. Padahal kita ingin anak jadi seorang inovator, tapi ternyata gaya belajarnya masih di tingkat dasar yaitu mengingat. Sesuai dengan 6 Level Pembelajaran kognitif (Bloom’s Revised Taxonomy):
1. Remember
2. Understand
3. Apply
4. Analyze
5. Evaluate
6. Create

Jika selama ini metode yang berkembang hanya menghafal dan mengingat kembali saja, kita tentu tidak bisa menuntut anak untuk memahami bahkan berpikir kritis. Untuk itu hadirlah pendidikan post-modern hingga pendidikan alternatif yang kini banyak menjadi solusi.

Berbagai pendekatan & metode pendidikan prasekolah alternatif

Reggio-Emilia
Umumnya dicirikan dengan emergent curriculum, yaitu kurikulum dadakan seperti tahu bulat. Sifatnya menyesuaikan minat anak lalu masuk ke aktivitas di kelasnya. Eksplorasi konsep dan ide melalui project dan berkolaborasi dengan teman sebaya sebagai grup. Untuk tugas/pekerjaan anak biasanya bisa disajikan dengan format yang unik sesuai project dan kenyamanan anak.

Montessori
Menyediakan lingkungan tempat anak berkembang dengan bebas. Umumnya banyak menekankan aspek kemandirian dan life skills, makanya banyak tersedia miniatur perabotan/alat orang dewasa untuk dicoba anak dengan metode montessori. Kelas tidak dikelompokkan dengan usia.

Waldorf
Umumnya lebih menekankan pada aspek kreativitas dan kesenian. Kegiatannya di kelas akan didesain senyaman mungkin seperti rumah dengan disiplin yang lembut. Secara konsep banyak yang terjun langsung pergi ke alam untuk observasi kehidupan dan mahluk hidup.

STEM-based Method
Keliatannya kaya seram ya, padahal ini maksudnya cara belajar project-based yang mengitegrasikan STEM ke kehidupan sehari-hari. Misalnya aktivitasnya hari ini anak membuat kue: mengukur takaran kue itu matematika, mengaduk dan mencampur bahan dan sifat bahan itu sains, lalu teknologinya bisa di memahami penggunaan oven.

Bank Street
Kelas juga tidak dikelompokkan dengan usia. Fokusnya kepada play-based learning dan aktivitas yang mengharuskan anak terjun langsung untuk belajar sebuah konsep.

Nature school/Forest school
Pembelajaran dengan setting di alam tanpa ruang kelas yang kaku. Hampir mirip dengan waldorf yang berfokus di alam dan minim teknologi.

HighScope
Guru/orang dewasa menempatkan diri sebagai partner yang membantu anak untuk melakukan scaffolding. Banyak menekankan juga pada interaksi dan komunikasi anak serta problem solving.

Sentra
Belajar sesuai kegiatan pada sentra. Ada beberapa jenis sentra contohnya mulai dari imajinasi, seni kreasi, rancang bangun, eksplorasi (sains), kebun ternak, kebun ternak, obadah, hingga persiapan sekolah (matematika, bahasa, dll).

Masih banyak pendekatan dan metode lainnya yang mungkin belum disebutkan seperti Fitrah Based Education (FBE), playway, ataupun language immersion method. Banyak juga metode yang disesuaikan dengan kearifan dan prinsip lokal.

Cara memilih metode pendidikan yang paling tepat sesuai dengan keunikan anak dan prinsip pendidikan orang tua :
1. Pertimbangkan potensi dan karakteristik anak agar sesuai dengan metode yang dipilih.
2. Mendalami dan memahami beberapa pendidikan sebagai referensi dan perbandingan.
3. Mempertimbangkan tujuan keluarga dan tujuan pendidikan. Setiap nilai yang ingin ditanamkan pada anak akan menentukan aktivitas yang dapat dilakukan saat pembelajaran.
4. Jika pembelajaran dilakukan di rumah, pertimbangkan kemampuan dan kapasitas orang tua dan fasilitas di rumah untuk diintegrasikan pada kurikulum.

Sadarkah potensi dan karakteristik anak sengaja ditempatkan di awal? Alasannya karena salah satu poin terpenting yang sering terlupakan untuk diamati justru anaknya itu sendiri. Setiap anak itu unik dan orang tua sudah sepatutnya menyesuaikan metode pendidikan untuk mendukung potensi anak.

Hati-hati jika merasa menerapkan student-centered learning tapi ternyata justru kebanyakan pendidikan di rumahnya belum selaras dengan minat dan ketertarikan alami anak. Ujungnya terhalau sama apa yang menurut orang tua baik bagi anak tanpa pertimbangan atas kondisi anaknya.

Mulai umur berapa dapat diterapkan?

Ini variatif ya karena setiap metode ada batasan usianya. Misalnya waldorf umumnya per-7 tahun, CMIIW.

Sementara montessori bisa digunakan 2–18 tahun, dan ini variatif juga.

Kebanyakan metode pendidikan yang lebih kompleks banyak diterapkan di usia 2 tahunan, tapi tidak menutup kemungkinan variasi yang disesuaikan untuk bayi. Pada fase 0–2 tahun kita bisa fokus dengan milestone anak sambil mengobservasi karakteristik anak dan kesanggupan keluarga. Jadi dikembalikan lagi ke orang tua masing-masing. Feel free to disagree.

Perlukah 1 pendapat dengan pasangan?

Justru kalau menurutku gak perlu. Di awal. Yang perlu satu paham adalah keputusan untuk menentukan arah dan saling membuka pikiran. Mari kita buka ruang diskusi selebar-lebarnya dengan pasangan. Kita kembalikan pada pusat utama pemilihan metode yaitu anaknya, kapasitas orang tuanya, serta prinsip keluarganya, bukan pengaruh dari luar.

Tidak harus dengan satu metode, bila kita menerapkan beberapa metode sebagai komplemen seharusnya tidak jadi masalah karena balik lagi ke kebijakan keluarga masing-masing.

Kapan memilih sekolah anak, ya?

Sejak terpikirkan anak akan sekolah. Kami pribadi sejauh ini sejak menikah dan anak dalam kandungan sudah ada diskusi awal untuk pendidikan serta sekolah yang kami harapkan.

Terkait dana pendidikan bisa dimulai dari yang terdekat lebih dahulu atau bahkan mulai dari merencanakan kuliahnya dulu.

Dana pendidikan dapat direncanakan secara paralel, bersamaan tujuan keuangan keluarga lainnya dengan asumsi keluarga sudah punya dana darurat keluarga, proteksi, dan tidak ada hutang konsumtif.

Pertimbangannya mulai dari biaya akhirnya dulu baru di bisa dicari dengan rumus future value. Misalnya untuk sekolah SD yang bagus di jakarta butuh 20 juta dan sekarang lagi hamil, maka bisa dicek 6 tahun lagi nilainya berapa si 20 juta ini?

Jika kita cek-cek lagi, beberapa diskusi terkait inflasi untuk industri pendidikan dilapangan bisa mencapai 10%. Jadi kalau kita hitung 6 tahun yang akan datang untuk sekolah anak dari 20 juta sekarang menjadi 32 juta 6 tahun ke depan.

Baru deh kita pikirkan 32 juta ini dibagi 6 tahun, berarti pertahun perlu kita sisihkan 5,3 juta. Alias kalau kita kecilkan lagi jadi perbulan 450 ribu, inilah jumlah yang perlu disisihkan perbulan. Jadi kapan saat terbaik menyiapkan dana pendidikan anak? Jawabannya secepatnya.

Sebentar apakah sekolah harus mahal? Tidak sekolah tidak harus mahal, tapi pendidikan anak harus berkualitas. Dimanapun anak berada mari jamin kualitas pendidikannya mulai dari rumah.

Referensi:

https://singapore.globalindianschool.org/blog-detail/5-preschool-teaching-methods-to-improve-the-quality-of-early-care-and-education

https://www.educationdegree.com/resources/early-childhood-education-methods-montessori-waldorf-reggio/

https://www.niche.com/blog/7-popular-types-of-preschool-which-one-fits-your-child/

https://www.coloradocollege.edu/other/assessment/how-to-assess-learning/learning-outcomes/blooms-revised-taxonomy.html

https://www.indopremier.com/ipotfund/calc-timevalue.php

--

--